Perwira Yaman tewas dalam serangan Al-Qaida

Aden (ANTARA News) - Seorang perwira angkatan darat tewas dan dua prajurit cedera dalam serangan orang-orang bersenjata yang diduga anggota Al-Qaida di Yaman selatan, kata seorang pejabat militer, Minggu.

Serangan yang berlangsung Sabtu itu ditujukan pada konvoi militer di daerah sebelah timur kota Huta di provinsi Lahij, kata pejabat itu kepada AFP.


Konvoi itu sedang dalam perjalanan untuk memperkuat pos pemeriksaan di daerah pinggiran Hamra ketika diserang oleh orang-orang bersenjata yang terkait dengan Al-Qaida, yang aktif di kawasan itu, tambah pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.


Seorang petugas medis di rumah sakit militer Basohayeb di Aden mengatakan, Mayor Kamal al-Ashwal tewas akibat luka-luka peluru di perutnya.


Penduduk setempat melaporkan, orang-orang bersenjata Al-Qaida berusaha menguasai Hamra.


Sebanyak 37 orang, sebagian besar terduga gerilyawan Al-Qaida, tewas dalam kekerasan dua hari di wilayah selatan pada pekan lalu.


Sejak protes anti-pemerintah meletus di Yaman pada akhir Januari 2011, militan memanfaatkan melemahnya kekuasaan pusat dengan membangun pangkalan di sejumlah provinsi selatan.


Pasukan keamanan Yaman selama beberapa bulan memerangi kelompok orang bersenjata yang dituduh sebagai anggota Al-Qaida di Abyan, Yaman selatan, khususnya di ibu kota provinsi itu, Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai oleh militan sejak Mei 2011.


Kekerasan menewaskan ratusan prajurit sejak militan bersenjata yang menamakan diri Ansar al-Sharia (Pengikut Sharia) menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei. Ratusan militan juga tewas dalam bentrokan-bentrokan.


Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.


Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari 2011 yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan ratusan orang.


Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaida, kehilangan dukungan AS.


Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.


Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.


Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaida akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.


Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.


Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.


Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP). (M014) Editor: B Kunto Wibisono





Simak artikel aslinya disini

Popular posts from this blog

Video Porno Whitney Houston Segera Beredar?

Gerindra: Janji Mundur Cagub DKI Tak Perlu Dipercaya

Ulama yang Pernah Jadi Guru Agama SBY Meninggal Dunia